Newest Post
// Posted by :euis permata
// On :Rabu, 18 Januari 2017
Apa
yang Salah dengan Matematika?
Euis Permata
Universitas Perjuangan
Tasikmalaya
Bukan hal yang aneh jika anggapan
setiap orang bahwa matematika itu hal yang sangat menyeramkan. Padahal sejak
dini, seorang anak diberikan stimulus mengenai matematika dengan cara berhitung
atau menyebutkan angka. Matematika tidak sulit, namun yang harus diperbaiki
yaitu cara mengubah mindset negatif ke pola pikir yang positif. Pernahkah
seseorang berpikir bahwa “ Pikiranmu Penentu Kesuksesanmu?” beranilah menantang
suatu rintangan dengan tidak menanamkan rasa putus asa dalam diri.
Sekolah Dasar tempat utama segala
ilmu ditanamkan pada anak. Guru-guru di sekolah dasar itu hebat, mereka yang
pertama kali menanamkan karakter-karakter dan ilmu ilmu yang berguna bagi anak
didiknya. Sehingga perlu adanya peningkatan kreativitas-kreativitas guru yang
dapat memacu prestasi-prestasi siswa di sekolah dasar.
Penulis melakukan observasi di SDN
Panyingkiran Tasikmalaya (28/12/2016) ternyata
siswa SD memerlukan bimbingan guru dalam pengerjaan matematika karena
siswa belum bisa berpikir secara abstrak dan membuat konsep berdasarkan
pemikirannya sendiri. Seperti yang
dikatakan Nina Rosmariana bahwa “ Setelah melakukan perbandingan pengajaran ternyata
kurikulum 2013 dirasakan tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak serta
adanya kesulitan tersendiri bagi guru. Guru-guru dituntut harus bisa
menggunakan teknologi, padahal ada sebagian besar yang belum lancar dalam
penggunaan teknologi sehingga menghambat proses pembelajaran. Pembelajaran
berfokus pada siswa sehingga siswa dituntut harus berperan aktif sendiri dalam
pembelajaran dan memecahkan persoalannya sendiri. Sedangkan di kelas IV ini,
ketika guru memberikan penjelasan pada siswa. Siswa masih saja ada yang tidak
paham. Apalagi jika guru tidak menjelaskan materi terlebih dahulu. Pasti siswa
akan semakin kesulitan belajar. Oleh karena itu, menurutnya lebih baik
kurikulum KTSP tetap dilanjutkan karena 75% guru harus membimbing siswa apalagi
di mata pelajaran matematika yang membutuhkan bimbingan lebih banyak”.
Pada siswa SD kelas rendah
diperkenalkan materi-materi berupa penjumlahan,
pengurangan, perkalian, pembagian bilangan cacah, bangun datar,
serta pengenalan pecahan. Hal
tersebut diberikan secara berurutan dari tingkat kesulitannya rendah ke tingkat
kesulitan tinggi sesuai kurikulum yang dibuat oleh pemerintah.
Kemampuan setiap siswa berbeda
sehingga berbagai sudut pandang muncul misalnya siswa menyukai matematika
sebagai hobby dan siswa menganggap bahwa matematika rumit,mengesalkan,membosankan.
Karena matematika membutuhkan banyak latihan dan jika siswa sudah tidak
mengerti rumus dalam mengerjakan soal maka membuat seseorang kebingungan,putus
asa, serta tidak bisa melanjutkan ke
soal berikutnya. Mengapa demikian? Padahal dengan cara pengajaran guru yang
menarik. Matematika dapat menjadi suatu hal yang menyenangkan dan menggemaskan misalnya
pembelajaran formal secara langsung di kelas dalam bentuk nyanyian, yel-yel, permainan, maupun dengan benda-benda
konkret. Guru dapat menyiapkan alat peraga kertas yang diberi angka dan
ditempel pada lantai. Guru dapat mengajak siswa untuk berhitung misalnya 7-2
=.... Maka anak akan maju 7 langkah dan
akan mundur 2 langkah sehingga anak membaca dia ada di angka no berapa.
Ternyata dia berada pada angka nomer 5. Begitu pula seterusnya, sehingga anak
terlibat aktif, mudah mengerti materi pembelajaran secara tidak langsung, dan
senang dalam kegiatan belajar mengajar.
Matematika tidak menuntut harus
menggunakan rumus yang sudah ada, tapi berbagai sudut pandang pun bisa
menghasilkan nilai yang sama kan. Misalnya:
20 + 0
= 20, 100 : 5 = 20, 20 x 1 = 20, 22-2 = 20
Ketika anak sudah kesulitan dalam
mengerjakan soal, guru juga tidak boleh mengucapkan kata kata “ bodoh” pada siswa.
Karena hal ini dapat menyebabkan kegagalan dan rendahnya perkembangan
minat siswa pada pelajaran matematika. Sebaliknya ketika siswa menunjukan hasil
belajar yang baik. Maka sebagai seorang guru harus memberikan penguatan.
Penguatan bisa berupa reward bintang, nilai tambahan, atau memberikannya pujian
berupa kata-kata seperti “hebat”, “pintar’, “tingkatkan lagi belajarnya ya nak”
dan sebagainya. Hal ini dapat menambah semangat siswa karena merasa gurunya menanamkan
kepercayaan yang lebih kepadanya.
Oleh karena itu, pembelajaran matematika di Sekolah Dasar Kelas
Rendah sangat penting disampaikan dengan baik, dalam menunjang pembelajaran
matematika yang lebih kompleks di jenjang sekolah yang lebih tinggi.