Newest Post
// Posted by :euis permata
// On :Rabu, 18 Januari 2017
1. Definisi
Pada dasarnya kemajuan
pendidikan salah-satunya tergantung dari apa yang dilakukan guru dalam
pembelajaran di kelas. Guru diharapkan mampu lebih mengembangkan
profesionalisme dalam membelajarkan siswa dalam fungsinya sebagai fasilitator
pembelajaran. Sehingga siswa dapat dengan
mudah memahami proses pembelajaran.
Menurut
Winkel, Belajar
adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengelolaan pemahaman.
Anak yang
berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa
usia dini ini merupakan masa perkembangan anak yang pendek tetapi merupakan
masa yang sangat penting bagi kehidupannya.
Oleh karena itu, peserta
didik harus mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan
formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.
2. Teori
Belajar
Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana seseorang belajar sehingga
membantu kita memahami proses pembelajaran.
Ada tiga kategori utama atau kerangka
filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme,
teori belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme.
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan
oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi
belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik
pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar.
2.
Teori Belajar kognitivisme
Teori kognitif adalah sebuah teori
tentang perilaku yang menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Model kognitif ini memiliki perspektif
bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya
mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan
yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada
bagaimana informasi diproses.
Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini
adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne.
3.
Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun. Konstruktivisme
adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Pandangan
konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun
atau membangun ide-ide baru atau konsep
Konstruktivisme merupakan landasan
berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas.
Pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia
harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa
dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat
keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam
mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan mampu mengapliklasikannya
dalam semua situasi. Selain itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif,
mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
Ciri-ciri belajar peserta didik SD
1. Senang Bermain
Pada umumnya anak SD
terutama kelas-kelas rendah itu senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru
SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih –
lebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya merancang model pembelajaran yang
memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya.
2. Senang Bergerak
Karakteristik yang
kedua adalah senang bergerak, orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan
anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena
itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak
berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang
lama, dirasakan anak sebagai siksaan.
3. Senangnya Bekerja dalam Kelompok
Melalui pergaulannya
dengan kelompok sebaya, anak dapat belajar aspek-aspek penting dalam proses
sosialisasi seperti : belajar memenuhi aturan-aturan kelompok,belajar setia
kawan,belajar menerima tanggung jawab, belajar bersaing secara sehat bersama
teman-temannya, belajar bagaimana bekerja dalam kelompok,belajar keadilan dan
demokrasi melalui kelompok. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru
harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau
belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil
dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas
secara kelompok.
4. Senang Merasakan atau Melakukan Sesuatu
Secara Langsung
Pembelajaran di SD
cepat dipahami anak, apabila anak dilibatkan langsung melakukan atau praktik
apa yang diajarkan gurunya. Dengan demikian guru hendaknya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses
pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang arah mata angin,
dengan cara membawa anak langsung keluar kelas, kemudian menunjuk langsung
setiap arah angin.
5. Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok
sebaya
Anak pada usia SD mulai belajar tidak bergantung pada
lingkungan keluarga. Anak SD mulai untuk belajar memberi dan menerima dalam kehidupan
sosial diantara teman sebaya. Proses pembelajaran dalam memasuki kelompok
sebaya merupakan proses pembelajaran “kepribadian sosial” yang sesungguhnya.
Pemenuhan tugas perkembangan ini membawa implikasi
terhadap penyelenggarakan pendidikan di SD. Sekolah merupakan tempat yang
kondusif bagi kebanyakan siswa untuk belajar bergaul dan bekerja bersama teman
sebaya. Guru harus terampil mempelajari dan memahami budaya teman pada
lingkungan sekolah dan masyarakat.
6. Belajar
mengembangkan keterampilan dasar
membaca, menulis dan berhitung
Sekolah mempunyai peran yang sangat penting dalam
pengembangan kemampuan intelektual anak. Dalam hal ini guru harus memberikan
perhatian agar menunjang proses pendidikan anak. Guru juga harus memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengemukakan hasil belajarnya serta memberikan
komentar terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh anak SD dalam proses
belajar. Kegiatan seperti ini diharapkan dapat membentuk proses pencapaian
tujuan pendidikan yang diinginkan oleh sekolah.
7. Belajar mandiri
Kemandirian ini ditunjukkan pada kemampuan membuat
perencanaan dan melaksanakan kegiatan belajar/sekolahnya tanpa harus selalu
diarahkan oleh guru maupun orang tua.Sehubungan tugas pencapaian kemandirian
ini, maka guru dalam melaksanakan proses pembelajarannya mengacu pada
kemandirian. Baik kemandirian dalam tugas individual maupun kemandirian dalam
tugas-tugas kelompok.
http://jejecmsbhnajar.wordpress.com/2013/04/23/karakteristik-dan-perkembangan-belajar-siswa-di-sekolah-dasar/
http://pulungdwiwardani.wordpress.com/2012/01/11/makalah-prkembangan-peserta-didik/